Minggu, 21 Februari 2016

Taman Rahasia

Taman Rahasia




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 31 July 2014

“Hai namaku Nina zabrina, panggil saja nina” kata anak itu memperkenalkan dirinya, aku hanya melihatnya dari kejauhan, karena bangkuku paling ujung dari belakang jadi tidak begitu kelihatan seperti apa anak itu.
“nah, nina kamu duduk disana ya” bu ratna menunjuk salah satu bangku, dan bangku itu adalah bangku di sebelahku, memang kosong. Aku hanya memperhatikannya berjalan mendekatiku lalu duduk di sebelahku, sesekali aku meliriknya dia hanya tersenyum, tetapi aku hanya cuek saja.
Pelajaran pun dimulai, hari ini mata pelajarannya adalah Bahasa inggris, tentu saja mata pelajaran kesukaanku, dari seluruh mata pelajaran memang Cuma bahasa inggris yang menurutku sangat mudah dipahami, dan jika ada ulangan bahasa inggris aku selalu mendapat nilai-nilai yang memuaskan.
‘Kriiiing!! Kriiiing!!’ bel berbunyi tiga kali, tanda istirahat, banyak anak yang berhamburan keluar kelas untuk jajan di kantin, ada juga yang masih di dalam kelas sambil main HP, padahal peraturannya tidak boleh membawa hp ke sekolah.
“Hai, kenalin namaku nina” tiba-tiba nina mengulurkan tangannya saat aku hendak beranjak ke luar kelas
“udah tau” kataku cuek, lalu membalas salamnya, entah kenapa aku terlalu cuek kepada nina
“namamu siapa?” tanyanya
“Salma” kataku polos lalu melepaskan uluran tanganku dengan nina
“oh.. ke kantin yuk!” ajaknya, padahal aku juga akan pergi ke kantin
Aku hanya mengangguk lalu berlalu berjalan duluan di depan Nina.
Sesampainya di kantin kulihat Nina memesan sesuatu kepada penjaga kantin, aku hanya melihatnya dari kursi kantin, ia pun mendekatiku seraya tersenyum
“udah aku pesenin kok, tenang aja” katanya sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik yang tadi dibawanya, ternyata yang dikeluarkannya adalah bekal nasi dengan lauk pauk di dalamnya, aku hanya melihatnya memakan bekalnya dengan lahap
“ini dik baksonya” tiba-tiba penjaga kantin memberikan semangkuk bakso serta satu gelas es teh, tanpa pikir panjang aku langsung melahapnya karena perutku sudah lapar
“kamu nggak pesen bakso?” tanyaku mencoba bertanya
Dia hanya menggeleng lalu menunjuk ke arah bekal makanan yang dibawanya
“aku kan sudah bawa bekal, lagian harga makanan di kantin mahal-mahal, dan aku nggak bawa uang banyak makanya aku bawa bekal dari rumah aja” jelasnya lalu kembali menyantap bekalnya dengan lahap
Aku hanya manggut-manggut lalu memakan bakso lagi
‘teng!! Teng!! Teng!!’ bel berbuyi tiga kali pertanda istirahat telah usai, aku langsung cepat-cepat menghabiskan bakso yang masih tersisa sedikit lalu membayar kepada penjaga kantin.
Aku kembali ke kelas bersama Nina, lalu kembali melanjutkan pelajaran, dan sekarang adalah waktunya pelajaran Matematika, huuh..! aku benci sekali pelajaran ini, menurutku matematika sangat membingungkan, karena aku harus berhadapan dengan angka-angka yang membuatku pusing.
Bu Selli, guru matematika pun datang dari balik pintu, Evan sang ketua kelas pun memberi salam dan hormat.
“anak-anak hari ini ibu akan memberi kalian tugas, yaitu mengerjakan soal-soal dari ibu, kalian boleh belajar kelompok bersama teman sebangku masing-masing” kata bu selli
Bu selli pun membagikan selembar kertas kepada setiap anak, kupandangi soal-soal itu, aduh! Baru memandangnya saja sudah membuatku pusing apalagi mengerjakannya! Aku pun melirik Nina yang senyum-senyum sendiri
“eh, nanti belajar kelompok yuk!” katanya
Aku pun hanya mengangguk mengiyakannya. Pelajaran pun berlanjut, aku sangat ngantuk mendengar ocehan bu selli dan melihat segelintir angka di depan papan tulis.
‘teeet!!’ akhirnya pelajaran telah usai, aku sangat lega karena bisa pulang ke rumah sambil santai…
“Salma! Ayo” tiba-tiba Nina menggeretku, aku langsung kaget
“mau kemana!” kataku
“loh, kan katanya mau belajar kelompok!” ujarnya
Aku hanya menghela nafas, aku baru ingat kalau hari ini aku akan belajar kelompok, yah! Nggak jadi santai di rumah nih…
“di rumahmu saja ya” kata nina melanjutkan
Aku hanya menggeleng, aku tidak mau karena rumahku jauh, mungkin hampir 15 km dari sekolah, aku takut nanti Nina tidak bisa pulang ke rumah
“tapi jangan di rumahku! Nanti kamu menyesal” katanya lagi
“memangnya kenapa? Udahlah di rumah kamu saja” kataku
Nina hanya mengangguk, kami pun lalu berjalan keluar gerbang sekolah
“emang, rumah kamu dimana nin?” tanyaku saat di jalan
“rumahku deket kok, kita nanti lewat sawah ini lalu belok deh” katanya sambil menunjuk sawah di hadapan kami
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami sampai di depan rumah Nina
“wah, rumahmu bagus ya nin” pujiku sambil memperhatikan rumah megah bercat biru muda
“wus..! rumahku bukan yang itu tapi yang ini” nina lalu memalingkan kepalaku ke salah satu rumah tanpa genteng itu
“haaa!!” aku kaget bukan main, karena yang di hadapanku sekarang adalah rumah gubug yang tidak berpondasi, serta kalau dilihat rumah ini seperti miring hampir ambruk. Seperti rumah yang tidak layak dihuni, batinku sambil memperhatikan rumah Nina
“ayo.. masuk!” ajaknya
“tapi..” kataku, aku sebenarnya enggan masuk ke rumah itu, tapi aku tidak enak sama Nina
“ini dia rumahku…” kata Nina sambil membuka pintu yang terbuat dari bambu itu, aku hanya memperhatikan dari ambang pintu, kulihat keadaan rumah yang amat kotor, bau, apalagi alasnya dari tanah, haduh mending tadi di rumahku aja. Batinku menyesal
Setelah itu akhirnya aku memberanikan masuk ke rumah Nina, walaupun terpasksa
“makanya aku kan tadi udah bilang, kamu pasti bakalan menyesal dateng ke rumahku” katanya lalu menggeretku ke sebuah tempat
“tapi, kalo kamu ngelihat ini nggak bakal nyesel” lanjutnya, ia lalu membuka sebuah pintu bambu di belakang rumahnya, setelah dibuka, aku tak henti mengedipkan mataku
“apa ini nin?” tanyaku heran dan tertegun
“ini adalah tempat rahasiaku” katanya, ia lalu masuk ke tempat itu, di hadapanku sekarang telah ada taman dengan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran di sana-sini, Subhanallah! Sungguh aku tidak pernah melihat tempat seindah ini batinku, aku lalu langsung masuk ke taman itu, aku tak henti-henti mengagumi keindahan taman itu
“eh, katanya mau belajar kelompok” kata Nina mengagetkanku
“oh iya, ayo” aku langsung ingat
Kami pun mengerjakan soal-soal matematika yang diberi bu selli tadi, wah tidak kusangka ternyata Nina sangat pandai mengerjakan soal itu, hanya dalam 10 menit saja soal-soal yang memusingkan itu telah selesai, aku makin penasaran dengan Nina, akhirnya kami pun semakin akrab. Lama-kelamaan aku tambah sering main ke rumah nina, aku selalu main bersama Nina di taman rahasiannya, dan kami sekarang menjadi sepasang sahabat, aku tidak mengira akan bersahabat dengan Nina, tapi aku senang punya sahabat seperti dia.
Sudah tiga hari Nina tidak masuk sekolah, aku khawatir terjadi apa-apa sama dia, aku pun bermaksud datang ke rumahnya, tapi betapa terkejutnya aku setelah melihat rumah Nina telah hancur, aku pun kaget dan khawatir.
“pak, kenapa rumah ini hancur” tanyaku kepada salah satu warga yang sedang lewat
“oh, rumah ini, kemarin kan mau digusur, dan akan dijadikan pabrik” kata bapak berkumis itu, seketika aku langsung kaget mendengarnya
“loh, kok saya baru tau? Terus yang punya rumah ini kemana ya pak?” tanyaku lagi
“oh, kalo soal itu sih saya kurang tau dek, memangnya kamu siapa? Rumah itu memang layak digusur dek karena paling jelek di desa ini” katanya seperti meledek, aku kaget mendengar perkataan bapak itu, kenapa dia berpikir seperti itu? Padahal kan di balik rumah itu ada surga yang sangat indah. Batinku
Akupun berjalan melihat kondisi keadaan rumah Nina yang sudah hancur, hanya tersisa puing-puing bambu bertebaran dimana-mana, aku pun langsung ingat dengan taman rahasia milik Nina, kulihat pintu belakang menuju taman nina masih utuh tidak hancur sedikitpun, aku pun membukanya perlahan, dan…
Ternyata taman itu masih ada, tidak hancur sedikitpun, aku pun mencari Nina
“Nina!!!” panggilku sambil berjalan mencarinya
Kulihat ada sesuatu di bawah pohon mangga, aku pun mendekatinya dan mengambilnya, ternyata isinya adalah surat yang bertuliskan:
Aku yakin kamu membaca ini salma, aku tidak tau aku harus gimana, rumahku digusur secara mendadak, dan aku sekarang pindah bersama kedua orangtuaku ke Balikpapan, aku sedih sekali ma, maaf ya tidak memberimu kabar terlebih dahulu, oh iya aku punya permitaan salma, kamu harus menjaga taman rahasiaku ini ya ma, karena sebenarnya tidak ada satu orang pun yang mengetahui keberadaan taman ini kecuali kita berdua, dan aku menitipkan kunci untuk membuka taman ini kepadamu, terimakasih ya salma, sahabatku..
Aku kaget membaca isi surat itu, aku lalu melihat kunci berwarna emas di bawah pohon mangga, aku pun mengambilnya. Dalam hatiku akan berjanji akan menjaga taman ini Nina, tidak boleh ada satu pun orang yang masuk kecuali kita.. aku janji.

sumber :http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/taman-rahasia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar