Minggu, 21 Februari 2016

Fantastic Ice Cream

Fantastic Ice Cream




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 18 June 2014

Udara segar berhembus dari jendela kamarku, yang langsung menghadap ke halaman belakang rumahku. Halaman yang asri. “Wuahh…” tapi rasanya masih mengantuk. Ku dengar bunda berteriak dari ruang keluarga, “Ria, ayo bangun. Langsung mandi, terus salat Shubuh,” mungkin bunda mendengar jika aku menguap dengan suara keras. Aku pun langsung menuruti perintah Bunda.
“Bun, hari ini kita sarapan apa? Ria udah lapar nih!” tanyaku kepada bunda yang masih sibuk mempersiapkan makanan untuk anggota keluarga kami.
“Anak bunda ternyata udah lapar ya? Ya udah langsung duduk aja, nanti bunda siapin deh!” jawab bunda sambil mencubit pipiku saking gemasnya.
“Ahh.. Bunda, kan aku udah gede,” balasku menjawab kata-kata bunda.
“Iya-iya. Lho, dek Nia sama kak Mia kemana? Kok belum kelihatan?” tanya bunda yang sejak dari tadi tidak melihat adikku Fenia dan kakakku Femia “Bunda! Nia datang!” kata adikku bersemangat, maklumlah adikku masih kelas TK kecil.
“Bunda, suapin ya,” kata Nia kepada Bunda.
“Ok,ok. Bunda suapin ya. Aaa… emm, enak nggak?” tanya Bunda kepada dek Nia.
“Enak Bun! Mau lagi ya Bun!” kata adikku. Ih.. aku gemes banget sama adikku.
“Ria, ayo berangkat!” ajak Ayah.
“Lho, Ayah nggak sarapan dulu? Nanti sakit perut di kantor lho,” Bunda menegur Ayah yang belum memakan sarapannya.
“Enggak usah Bun, lagian ini udah jam setengah tujuh. Nanti aja makan di kantor,” jawab Ayah dengan santai.
“Ya udah, Bunda taruh di tempat makan dulu ya,” Bunda memasukkan makanan bekal Ayah.
Yeah, udah sampai nih di sekolah. Rasanya nggak sabar mau ketemu temen-temen di kelas yang baru.
“Hai, Ria! Apa kabar? Lama nih nggak ketemu,” sapa sahabatku, Nemia. Tapi aku sering memanggilnya Emi.
“Hei Emi! Baik kok. Gimana kabarmu?” tanyaku kepada Emi.
“Emi? Ditanya kabar? Ya, baiklah! Aduh!” jawab Emi dengan bersemangat, sampai-sampai kepalanya terantuk pintu depan kelas.
“Hahaha, kamu ini terlalu semangat deh! Jadinya kena pintu kan! Ayo, aku antar kamu ke UKS. Nanti aku ambilin minyak kayu putih, biar benjolan di kepalamu itu kempes. Hihihihi..” kataku sambi terkikik.
“Boleh lah. Tapi nggak ngerepotin kan? Aww,” kata Emi sambil menahan rasa sakit di kepalanya.
“Enggak lah, kan kita teman. Ayo!” ajakku.
Di lorong menuju UKS, aku bertemu Rofa, sahabatku yang suka menulis cerita. Mungkin, ia mau ke perpustakaan, membuat cerita.
“Mau ke perpus ya Fa? Bareng yuk!” kataku seakan tahu kemana tujuan Rofa.
“Kok tahu kalau aku mau ke perpus? Tapi, tumben kalian mau ke perpus? Nggak kayak biasanya,” jawab Rofa penasaran.
“Aku nggak mau baca buku kok. Aku mau ngantar Emi, kepalanya benjol. Hihihihi,” aku terkikik apabila melihat benjolan di dahi Emi.
“Hihihihi. Aku kira mau baca, kalau mau baca ya Alhamdulillah, tapi kalau enggak juga enggak apa-apa. Hihihihi,” Rofa ikut terkikik.
“Temen kalian kesakitan, kalian malah ketawa. Huh..!!” Emi berlagak marah. Tapi aktingnya itu tidak ahli.
“Apaan tuh! Masak marah cuma akting. Hahahahaha,” aku dan Rofa tertawa bersama. Muka Emi pun menjadi merah saking malunya.
“Ok, nanti aku ikut antar kamu ke UKS,” kata Rofa.
Kebetulan ruang UKS kita menjadi satu dengan ruang perpustakaan. Di ruang UKS kami bertiga mengobrol tentang berbagai macam topik yang menyenangkan, akhirnya Emi bisa tertawa walaupun ia masih menahan rasa sakit di kepalanya.
“Mi, Rof nanti beli es krim di taman deket sekolah yuk! Sepertinya nanti hawanya bakalan panas deh!” usulku kepada Emi dan Rofa.
“Ok deh aku mau!” jawab Emi dan Rofa bersamaan.
“Nanti makan es krimnya di taman ya!” sambungku lagi.
“Yes! Berarti, aku bisa buat cerpen di taman, biar semua cerpenku cepat selesai!” Rofa bergumam ia mengira aku dan Emi tidak mendengarnya.
“Hayo… Kami dengar kok!” aku dan Emi berkata bersamaan.
“Hahh? Apa?!” jawab Rofa seakan-akan tidak tahu.
“Kamu pura-pura nggak tahu kan? Sebenarnya, gumammanmu itu terdengar sampai disini. Hahahahaha,” aku menggoda Rofa yang pura-pura tidak tahu.
“Ok, sebenarnya aku memang ingin membuat cerpen di taman. Tapi, boleh kan?” Rofa pun akhirnya mengakui itu semua.
“Tenang, kami berdua hanya bercanda kok. Kamu tidak usah bertanya lagi sudah boleh,”
“Siiip deh! Makasih ya!” Rofapun akhirnya kembali semangat.
“Teeet… teeet…” bel masuk kelas pun akhirnya berbunyi.
“Rofa, Ria, ayo masuk ke kelas! Nanti kalau terlambat di marahi Bu Tita lho! Ayo cepat!” Emi sangat bersemangat ingin masuk kelas, karena pelajaran pada jam pertama ini adalah pelajaran yang paling ia sukai, yaitu pelajaran IPS, padahal aku dan Rofa tidak terlalu suka pelajaran IPS, apalagi Ekonomi.
“Teeet… teeet…” bel pulang berbunyi, semua anak dari kelas I sampai dengan kelas VI pulang bersama. Tapi tidak untuk aku, Emi, dan Rofa.
“Yahhh… Kenapa pada saat yang menyenangkan ini, hujan turun? Ah, menyebalkan sekali!” gerutu Emi, karena kita bertiga tidak jadi membeli es krim di taman dekat sekolah.
“Emi, kita tidak boleh menyalahkan hujan. Kita harus bersyukur apabila ada hujan. Coba bayangkan, bila hujan tidak turun? Pasti banyak makhluk hidup yang mati. Hujan ini adalah berkah dari Tuhan,” aku mengingatkan Emi, agar dia tidak lupa kepada Tuhan yang telah menurunkan hujan ke bumi.
“Apa yang telah aku katakan tadi? Aku sangat menyesal,” Emi akhirnya sadar apa yang telah ia katakan tadi.
“Ya udah, sekarang kita pulang aja yuk! Kalian bawa payung kan?” Rofa bertanya kepadaku dan Emi.
“Siap sedia, penulis! Seperti kata pepetah “Sedia payung sebelum hujan”. Nih lihat! Aku bawa payung kan?” jawab Emi seakan-akan hatinya berubah menjadi cerah, berbeda dengan cuaca sekarang.
“Ah, Emi. Aku kan bukan penulis ahli. Aku kan cuma coba-coba nulis aja kok,” Rofa menjadi malu karena mendapat pujian dari Emi.
Di perempatan jalan, kami bertiga berpisah.
“Dahhh…,” ucap kami bertiga secara bersamaan.
Sampai di rumah, aku memikirkan cara agar kedua temanku bisa menghapus kekecewaannya karena tadi siang hujan. Tiba-tiba terlintas di pikiranku, bagaimana kalau besok aku ajak mereka berdua pergi ke “Ice Cream Village” kebetulan kan besok hari Minggu. Aku berlari menuju ke ruang keluarga, yang terlihat Bunda sedang membaca majalah untuk wanita.
“Bunda, boleh aku bertanya?” tanyaku kepada Bunda.
“Boleh kok, memangnya mau tanya apa?” jawab Bunda membolehkan.
“Bun, besok kan hari Minggu, aku mau mengajak Emi sama Rofa ke “Ice Cream Village” boleh nggak Bun?” aku mengatakan rencanaku itu.
“Boleh. Tapi besok yang ngantar Bunda ya, besok Ayah tetap kerja, katanya kerjanya makin banyak,” jawab Bunda.
“Ok, Bun! Terima kasih! Em.. aku mau SMS Rofa sama Emi dulu ya Bun!” aku berterima kasih kepada Bunda.
“Ok, sayang. Sama-sama,” kata Bunda sambil membelai rambutku yang panjang.
Aku langsung mengirim SMS ke Rofa dan Emi, semoga mereka berdua senang, karena kekecewaan mereka telah terhapuskan.
Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk berangkat ke “Ice Cream Village” aku menunggu Emi dan Rofa di teras depan rumah. Akhirnya, mereka berdua datang juga.
“Hai, Ria! Ngomong-ngomong, kamu mau ngajak kita kemana?” tanya Emi dan Rofa.
“Ah, kalian mau tau aja. Nanti kalian pasti tahu kok!” aku menjawab pertanyaan Emi dan Rofa.
“Anak-anak, kalian sudah siap?” tanya Bunda.
“Kami sudah siap!” jawab kami dengan serempak.
Di perjalanan kami semua menyanyi, kecuali Rofa. Ia selalu sibuk dengan cerpennya, tak tahu mengapa, ia lebih mementingkan cerpennya. Tapi kami semua mendukung bakatnya.
Setelah 1 setengah jam lamanya perjalanan akhirnya sampai juga. Aku memberi kejutan kepada Emi dan Rofa.
“Tara… Kita sudah sampai di tempat tujuan!” aku memberi kejutan kepada kedua temanku.
“Wahh… Kita sekarang ada di “Ice Cream Village” aku tak menyangka. Selama berbulan-bulan aku ingin pergi ke sini, ternyata kesampean juga,” gumam Rofa. Sebenarnya, aku mendengar gumaman Rofa tapi aku hanya tersenyum mendengar gumamannya.
Di sana, kami mengambil, membentuk, dan menghias es krim di sana sepuas-puasnya, karena Bunda punya kartu khusus untuk di “Ice Cream Village”, jadi ada potongan harga sebesar Rp 50.000,00.
Aku dan teman-temanku menamakan es krim yang kami buat, bentuk, dan dekorasi dengan sebutan “Fantastic Ice Cream”.
sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/fantastic-ice-cream.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar