Selasa, 16 Februari 2016

Ketika Cinta Mengajarkan Cinta (Part 2)

Ketika Cinta Mengajarkan Cinta (Part 2)




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 11 February 2016

Pagi ini di sekolah, pelajaran pertama di kelas adalah pelajaran Sastra Indonesia. Hari ini setiap siswa mendapat tugas mempresentasikan mengenai isu kekinian. Aisyah masih bingung, ia akan mempresentasikan apa. Untungnya kali ini Bu Zahra Guru sastra Indonesia tidak mengurutkan nama sesuai absensi untuk maju ke depan buat presentasi. Presentasi kali ini bebas. Tanpa diduga, Rasya maju ke depan dengan PD-nya. Ia mulai presentasi. Dan materi yang ia bawakan cukuplah menarik. Hal ini membuat semua teman-temannya termasuk Aisyah larut dalam presentasinya. Rasya nampak seperti seorang Ustadz.
“Ketika Cinta mengajarkan cinta.” Kata Rasya menjelaskan mengenai judul materi yang akan ia bawakan. “Cinta, pada dasarnya bukanlah tertuju pada satu orang saja. Mungkin arti cinta menurut kalian hanyalah untuk pasangan kita. Istilah sekarang adalah ‘pacaran.’ Banyak argumen mengenai arti cinta. Tapi tahukah kalian, bahwa cinta adalah perasaan sayang yang tulus dari hati yang tertuju untuk siapa pun itu.”
“Cinta yang hakiki, adalah cinta yang mengajarkan makna cinta. Mengajarkan bagaimana insan harus mencintai sang pencipta sebelum mencintai ciptaannya. Cinta itu akan membuat kalian jauh akan kesedihan. Dan dekat dengan kedamaian. Jika kalian mendapatkan kegundahan dalam kisah cinta kalian, itu hanyalah sebuah ambisi yang membuat kalian akhirnya jauh dari Tuhan. Dan ketika kalian merasa lebih dekat dengan Tuhan dan mendapatkan kedamaian dalam batin kalian, itulah cinta yang hakiki yang sudah kalian dapatkan.”
Sebuah kata-kata yang penuh makna. Inilah yang dirasakan oleh semua teman-teman Rasya termasuk Bu Zahra. Tak heran jika anak SMA akan berbicara mengenai cinta. “Presentasi yang bagus.” kata Bu Zahra. Kemudian sebelum Rasya mengakhiri presentasinya dan kembali duduk di kursinya, Aisyah melontarkan pertanyaan.
“Bagaimana jika cinta itu membuat batin kita gundah sedang kita selalu mengingat Tuhan?” tanya Aisyah pada Rasya.
“Kedamaian itu akan kita dapatkan jika kita benar-benar mengingat Tuhan dengan mencintai Tuhan. Bukan hambanya. Mungkin problem itu kamu dapatkan karena kamu mencintai seseorang yang berlebihan hingga mengalahkan cinta kamu terhadap Tuhan. Dan itu tak dapat kamu rasakan secara langsung.” Kata Rasya dengan tegas. Sejak presentasi Rasya itu, Aisyah menjadi lebih pendiam. Hatinya mulai mengintropeksi diri. Ia mulai mengingat Tuhan. Ia mulai menyadari kesalahannya. Dan hal itu membuat Aisyah benar-benar merasa bersalah.
Waktu istirahat, Aisyah pun pergi ke Lab komputer. Di sana dia memakai komputer sekolah dan membuka website bloggernya. Ia pun kembali menuangkan isi hatinya. Hampir satu tahun, Aisyah jauh akan hobinya ini. Tanpa ia rasa, air matanya menetes deras. Seakan dunia tahu akan perasaannya, langit pun mendung. Dari luar jendela lab komputer Aisyah melihat di luar hujan deras. Ia pun mulai menyadari bahwa air matanya sudah menetes deras. Ia pun mengakhiri kegiatannya itu. Dengan ceroboh Aisyah mematikan komputernya tanpa mengeluarkan alamat bloggernya. Kemudian Aisyah pergi. Dan saat itu juga Rasya memasuki lab komputer, ia menggunakan komputer yang tadi digunakan Aisyah.
Rasya ternyata juga sedang membuka bloggernya, di History google Rasya melihat ada riwayat alamat blogger Aisyah. Karena rasa penasaran, Rasya pun membuka alamat blogger Aisyah. Dan, yap!! Dia membuka post Aisyah Satu menit yang lalu, kemudian Rasya membacanya. Entah apa yang Rasya pikirkan, ia pun mengeluarkan blogger Aisyah dan mematikan komputer. Kemudian ia pergi di sebuah taman belakang sekolah. Di sana ia melihat Aisyah dalam keadaan mata masih berkaca-kaca. Kemudian Rasya pun duduk di sebelah Aisyah.
“Terkadang, hidup yang kita keluhkan adalah hidup yang orang lain inginkan.” Kata Rasya mengagetkan Aisyah.
“Rasya, sejak kapan di sini?” tanya Aisyah sembari mengusap air matanya.
“Syah, aku juga pernah mencoba menjadi orang lain. Dan itu membuat aku malah hidup dalam ketidaknyamanan. Akhirnya aku pun mencoba menjadi diriku sendiri dengan merubahnya menjadi lebih baik. Dan akhirnya aku pun bahagia dengan hidup aku sekarang.” Kata Rasya yang membuat Aisyah bingung. Aisyah tak mengerti mengapa Rasya tiba-tiba bicara seperti itu. Namun, Aisyah mendapatkan kedamaian berada di dekat Rasya. Ia juga tak membohongi perasaannya saat ini, bahwa dia benar-benar jatuh cinta pada Rasya.
“Adakalanya kita harus merubah diri kita karena sebuah keadaan yang membuat kita memang harus berubah. Tapi harus kamu ingat, Tuhan bersama kita. Jangan sampai perubahan kita membuat kita jauh dari Tuhan. Ketika kamu dalam posisi teman yang selalu menghina, kamu harus slalu ingat hinaan mereka tak sebanding dengan sikap mereka yang lebih hina di hadapan Tuhan. Ridho manusia tak akan pernah kamu dapatkan. Kebahagiaan itu tumbuh secara lahir dan batin. Kalau hati kamu masih terasa gelisah lebih baik kamu berubah, dengan jati diri kamu sendiri. Berubah menjadi yang lebih baik tanpa harus menjadi orang lain.”
Entah ini nasihat ataukah kritikan terhadap Aisyah. Tapi yang jelas sejak saat itu juga hati Aisyah mulai dingin. Ia benar-benar merasakan kedamaian di hatinya, seakan-akan ia telah mendapatkan penyemangat hidup. Aisyah juga menyadari bahwa hidupnya dalam sebuah jalan yang salah. Kini dia kembali ke jati dirinya. Ia mulai kembali ke jalan yang benar. Ia juga sudah cuek akan perkataan teman-temannya yang mengatakan bahwa Aisyah sudah tidak gaul lagi. Di pikiran Aisyah sekarang ia hanya memikirkan kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Ia merubah tampilannya menjadi hijabers syar’i dengan akhlak yang sesuai syariat islam.
Malam ini di Radio FM Aisyah mengirimkan sebuah surat yang ia tujukan untuk Rasya.
“Salam cinta dan kasih. Thank’s untuk semua motivasi yang membuatku berubah menjadi lebih baik. Terima kasih karena kamu telah memberikan arti cinta, kecantikan, dan perubahan yang sesungguhnya. I Love You Rasya Alatas.”
Sebuah nota yang bermakna indah. Aisyah masih belum mengetahui bahwa surat yang ia kirimkan lewat sms di sebuah radio ini di baca langsung oleh Rasya. Aisyah masih belum mengetahui bahwa sebenarnya pembicara radio yang selama ini menjadi tempat curhatnya adalah Rasya Alatas, Laki-laki yang dicintainya. Melihat kondisi yang seperti ini, dan mengetahui perasaan Aisyah yang sebenarnya, pagi ini di sekolah Rasya langsung menghampiri Aisyah di sebuah taman.
“Aisyah.” Sapa Rasya yang membuat pagi hari Aisyah menjadi lebih hangat.
“Iya, ada apa Rasya?” tanya Aisyah.
“Apa ini Aisyah dengan jati dirinya yang sebenarnya?” Tanya Rasya pada Aisyah.
“Maksud kamu Sya?” tanya Aisyah penasaran.
“Aisyah, nama yang indah. Aku tahu sebenarnya kamu adalah perempuan yang baik. Penampilan kamu yang aku lihat sejak pertama kali kita ketemu, itu bukanlah Aisyah yang sebenarnya. Dalam kehidupan memang Tuhan bersama kita, tapi tak dapat dinafikkan bahwa iblis penggoda pun juga bersama kita. Mungkin adakalanya kita dalam keadaan hilaf.” Kata Rasya yang nampak serius.
“Aku gak ngerti Sya, maksud kamu apa. Aku gak pernah tahu, kenapa kamu selalu datang di sisiku dengan memberiku kata-kata mutiara seperti ini.” Kata Aisyah yang juga nampak serius.
“Syah, selama ini orang yang mendengarkan dan memberi solusi mengenai curhatan kamu di radio FM dan email radio FM itu adalah aku. Waktu itu di lab komputer, aku membuka alamat blogger kamu. Dan aku juga telah membaca semua curhatan kamu di blogger itu.”
Mendengar, perkataan Rasya, Aisyah pun terkejut. Ia masih tak percaya dan menduga bahwa orang yang dicintainyalah yang mengajarinya tentang arti cinta sesungguhnya. Yang telah merubah hidupnya menjadi lebih baik. Yang telah memberikan kedamaian di hatinya. Dan yang membuat aisyah panik adalah, akan surat cinta yang ia kirim di radio FM kemarin. Ia menyadari bahwa secara tidak langsung dia telah mengatakan cinta langsung di hadapan Rasya.
“Aisyah, aku juga tidak dapat berbohong mengenai perasaanku. Bahwa aku juga mencintai kamu.” Kata Rasya dengan spontan. “Lalu.. mengenai hubungan kita, sekarang apa statusnya?” tanya Aisyah.
“Berteman.” jawab Rasya dengan tegas. Aisyah pun terkejut.
“Kalau kita saling mencintai, apa itu berteman. Untuk paca..” perkataan Aisyah dipotong oleh Rasya.
“Syah, saling mencintai tak harus dengan status berpacaran. Kamu yakin bahwa kamu sudah benar-benar mencintai Tuhan. Syah, sekarang kita masih terlalu muda untuk menyandang status berpacaran. Islam pun tak mengajarkan pacaran, tapi teman dekat. Lebih baik sekarang kita fokus menata masa depan kita yang cerah dan terus merubah diri kita menjadi lebih baik. Dan endingnya aku yakin, Tuhan akan mempersatukan kita dalam cinta yang sah. Yaitu pernikahan.” Kata Rasya dengan ekspresi yang serius. Perkataan Rasya membuat Aisyah meneteskan air mata.
Aisyah pun berkata. “Tuhan bertindak secara misterius. Apa kamu yakin akan hal itu?”
“Tapi takdir bisa dirubah. Aku akan berdoa pada Tuhan selalu agar kita bisa dipersatukan dalam cinta yang sah dengan ridhoNya.” perkataan Rasya kembali membuat Aisyah meneteskan air mata. Mereka berdua pun tersenyum bahagia dengan pandangan mata tertunduk.
Cerpen Karangan: Nela Agustina Anggraini
Facebook: https://www.facebook.com/nela.agustin.37
Cinta itu indah karena cinta mengajari kita banyak hal tapi itu akan terjadi
jika cinta kita dilandasi dengan ridhlo dari sang illahi.

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-islami/ketika-cinta-mengajarkan-cinta-part-2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar