Minggu, 21 Februari 2016

Si Manis

Si Manis




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 3 May 2013

Hari ini adalah hari minggu pagi, tepatnya masih pukul 07.00 Wita. Aku bangun dari tidurku yang nyenyak dan pergi membasuh wajahku yang masih lembab ini. Di meja makan, ibu sudah menyiapkan roti bakar kesukaanku dan juga segelas teh hangat yang sangat membuatku tertarik untuk menyantapnya. Setelah sarapan pagi, akupun bergegas untuk mandi. Hari ini, aku mandi lebih cepat karena aku akan ikut bersama ibu ke pasar, untuk membeli bibit makanan ayam, selain itu jika aku mandi lebih cepat, aku tidak akan berebut kamar mandi nantinya dengan adikku, Raihan. Setelah berpakaian, akupun berangkat ke pasar dengan menggunakan motor.
Sewaktu di perjalanan, tepatnya saat aku melewati jembatan yang tak jauh dari rumahku, aku mendengar suara kucing yang sedang mengeong-ngeong dengan cukup kencang. Aku sempat gelisah dan kasihan mendengarnya. Aku mengatakan kepada orangtuaku bahwa aku ingin sekali melihat kucing yang berada di jembatan tadi, karena tampaknya ia sendirian dan sangat kelaparan di sana, tetapi orangtuaku malah menghiraukan perkataanku. Mereka bilang, kalau aku tidak boleh memelihara kucing karena aku mengidap penyakit asma, jika aku menghirup bulu kucing, bisa-bisa penyakit asmaku kambuh lagi, kata kedua orangtuaku. Tetapi aku selalu bersikeras untuk mendapatkan izin memelihara kucing tersebut, tetapi mereka masih menghiraukannya.
Akhirnya, karena penasaran, aku pergi dan teman-temanku pergi ke jembatan untuk melihat kucing malang tersebut. Sesampainya di jembatan, aku mencari-cari sumber suara yang tadi pagi kudengar. Aku mendapati seekor anak kucing yang sangat lucu dan masih sangat kecil, bulunya berwarna orens kecoklatan dan juga sedikit warna putih sedang tidur di jembatan itu. Aku sempat mengelusnya dan pergi meninggalkannya.
“Tampaknya ia sangat kelaparan” Cetusku dalam hati.
Setiba di rumah, aku langsung melompat di ranjang dan pergi mencari ibu, dan ternyata ia sedang menyiram bunga di depan rumah, beliau memang sangat senang memelihara berbagai macam bunga dan menanamnya di depan rumah. Akupun menghampirinya dan memohon agar aku diperbolehkan untuk memelihara anak kucing itu, dan akhirnya setelah beberapa kali aku merengek dan bahkan sampai aku menangis, akhirnya aku diperbolehkan untuk memeliharanya. Kebetulan ibuku akan pergi untuk mengambil sesuatu di rumah tanteku yang juga tak jauh dari lokasi jembatan tersebut, aku meminta tolong kepada ibu supaya membawa anak kucing itu pergi ke rumah dan beliau hanya berkata “Insyaallah”. Beberapa saat kemudian…
“Fifi… ayo cepat turun ke bawah” teriak ibu.
Akupun bergegas turun kebawah dan menghampiri ibu, dan ternyata di atas balai-balai kayu terlihat seekor anak kucing yang sedang tidur. Dan benar saja, itu anak kucing yang tadi ku lihat bersama teman-teman di jembatan, akupun pergi mengelusnya dan memberikannya sisa susu yang tadi di minum oleh adikku. Anak kucing itupun mendekat dengan langkah yang masih gemeter dan meminum susu itu sedikit demi sedikit sampai habis. Ternyata benar, kucing itu sangat kelaparan…
KEESOKAN HARINYA…
Hoaaa… aku masih sangat mengantuk, tetapi aku sudah tak sabar untuk melihat anak kucing itu. Terlebih dahulu aku pergi mengambil air wudhu dan pergi menunaikan salat subuh, setelah itu, akupun turun dan pergi melihat anak kucing itu. Ternyata ia masih tidur di kardus kecil yang dialasi dengan sarung bekas buatanku kemarin. Tampaknya ia sangat nyaman tidur di sana, tiba-tiba saja ia terbangun dan mendekatiku, akupun mengelusnya sebentar kembali naik ke rumah untuk bersiap-siap ke sekolah.
Sepulang sekolah, aku dan adikku kembali pergi menghampiri kucing kecil itu. Kira-kira nama yang cocok untuk kucing ini siapa yah? Tanyaku kepada Raihan. Ia pun menjawab “bagaimana kalau Belang, atau Rocky.” Jawabnya. Aku kembali bertanya kepadanya “Sakura juga bagus tuhh” kataku. Sakura adalah nama dari salah satu tokoh kartun yang sangat aku sukai pada saat itu, jadi kuberi saja dia nama dengan “Sakura.” Mirip nama Jepang yah… hehehe
Akhirnya tak terasa sudah satu minggu kucing itu tinggal di sini. Tetapi nama yang kuberikan kepadanya sepertinya kurang cocok dengannya, ibuku selalu memanggilnya dengan sebutan Manis dan sepertinya nama itu lebih akrab dengannya jadi aku mengganti namanya menjadi Manis, nama yang cukup lucu menurutku. Setiap sehabis sepulang sekolah, ia pasti telah menantiku di depan pintu, menantikan aku untuk membukakan pintu untuknya.
Hari demi hari terus berlalu, semakin hari Manis semakin terbiasa tinggal di rumahku. Setiap ingin buang air, ia pasti akan turun melewati atap, ataupun pergi ke wc jika pintunya sedang terbuka. Aku sempat mengalami beberapa kejadian-kejadian yang lucu saat Manis tinggal di sini, seperti saat ia minum di kloset, tersangkut di pohon, hilang selama 2 hari dan tak pulang pulang, tidak bisa turun dari atap, dan masih banyak lagi. Semua itu adalah kelakuan kelakuan Manis yang kadang-kadang membuatku terhibur tapi juga kadang-kadang membuatku gelisah. Manis adalah kucing kesayanganku selama ini, ia adalah kucing yang sangat lucu, pintar, dan kadang kuanggap sebagai sahabatku sendiri.
Saat hari ulang tahunku yang ke-12 semakin dekat, ternyata Manis sakit dan selalu muntah-muntah, entah kenapa penyebabnya. Ia selalu tinggal di luar karena jika ia masuk ke dalam rumah ia bisa-bisa akan mengotori karpet dan yang lain-lain. Aku sebenarnya kasihan dengan Manis karena selain ia sakit muntah-muntah, ia juga tidak mau makan selama 3 hari, aku selalu berusaha agar ia bisa makan meskipun sedikit saja, tapi ia selalu muntah dan tidak ingin makan. Dan sampai suatu saat ia terlihat sangat lemas dan sepertinya sudah tidak dapat bertahan lagi dan akhirnya Manis pun mati akibat tidak makan selama berhari-hari. Aku dan adikku sangat sedih melihatnya, berhari-hari aku tak bisa berhenti menangis mengingatnya. Aku masih ingat betul, Manis sudah tidak ada pada tanggal 16 maret 2012, tepat 3 hari sebelum hari ulang tahunku. Ayah menguburnya di depan rumah di dekat pohon belimbing. Aku tak pernah bisa melupakannya, sekarang sudah tidak ada lagi yang menghiburku, kucing kesayanganku sudah pergi selama-lamanya, jujur aku sangat merindukan Manis sampai sekarang.
Tapi, setelah Manis meninggal aku baru tersadar bahwa ternyata Manis mempunyai anak yang masih kecil tapi sayangnya anak kucing itu tinggal di rumah tetanggaku bersama induknya. Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa tetangga yang memelihara anak Manis, akan pindah rumah dan ia tidak lagi mengurus kucing-kucingnya. Akhirnya aku mengambil ketiga anak kucing itu dan memeliharanya. Orangtuaku juga setuju kalau aku memeliharanya. Akhirnya aku memberi nama untuk mereka bertiga yaitu Manis, Puss, dan Blacky. Sifat mereka bertiga sangat mirip dengan Si Manis, kucing peliharaanku yang sebelumnya, dan akhirnya aku kembali memiliki hewan peliharaan yang dapat menggantikan Si Manis…

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-anak/si-manis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar