Minggu, 21 Februari 2016

Dia Adalah Mutiaraku

Dia Adalah Mutiaraku




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 26 April 2015

Langit berselimut awan hitam, tak lama kemudian turunlah hujan dengan derasnya. Vira yang berada di jendela pun mengamati tiap tetes air hujan tak terasa air matanya pun menetes mensyukuri semua yang diberikan Allah selama ini.
“Kak, bantu aku kerja PR!” tanpa mengetuk pintu adiknya nyelonong masuk kamarnya. Secara spontan dia langsung mengusap air matanya, dia gak mau sampai ada orang melihat dia menangis.
“PR apa?” tanyanya dengan sabar.
“Bahasa Indonesia, suruh buat cerita tentang tempat wisata.” Jawabnya ketus. Cindy nama adiknya. Cindy anaknya memang cuek tapi sebenarya dia perhatian dengan orang-orang di sekitarnya. Mungkin inilah ABG, rasa gengsi masih menjadi prioritas.
“Kamu mau menceritakan tempat wisata mana?” tanya Vira
“Terserah kakak dech, aku males mikir.” Jawabnya singkat sambil tetap memainkan Hpnya.
“Jangan gitu, kakak hanya membantu mengerjakan bukan kakak yang harus mengerjakan. Ini kan tugas kamu.” Jelas Vira. Vira adalah sosok kakak yang bisa dijadikan panutan. Dia sabar dan selalu perhatian dengan adiknya meskipun adiknya gak pernah menuruti saran–sarannya.
“Ya udah kalo gak mau bantu kerja PR tapi gak usah nyeramahin aku terus. Bosan aku mendengarnya.” Bruuak dia pergi sambil membanting pintu kamar Vira. Vira hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap adikya.
Vira dan Cindy hidup jauh dari orangtuanya. Orangtuanya mempercayakan Vira untuk menjaga adiknya. Ini adalah amanah yang sangat berat bagi Vira, semua yang dilakukan Cindy adalah tanggung jawabnya.
Suatu ketika Cindy pamit pergi belajar kelompok di rumah temannya tanpa ada rasa curiga Vira pun mengijinkan. Sudah 3 jam Cindy pergi tapi tak ada 1 pun sms Vira dibalasnya. Vira cemas, dia tidak tahu apa yang akan dikatakan ke orangtuanya jika terjadi sesuatu dengan adiknya. Setelah hari sudah hampir malam Cindy baru pulang. Tak banyak yang dia ucapkan ketika Vira bertanya mengapa pulang hampir malam. Dia hanya menjawab tugasnya banyak jadi lama kerjanya. Habis itu dia pergi ke kamar meninggalkan Vira. Kejadian itu terus berulang sampai 4 bulan berturut-turut namun Vira tetap sabar menghadapi adiknya.
Vira tidak kehilangan akal, dia mencari tahu tentang adiknya ke teman-temannya dan dengan sangat terpaksa dia harus pergi ke sekolah adiknya untuk mencari alamat teman-teman adiknya.
“Dik, kamu kan temannya Cindy. Kamu tahu gak di mana dia biasanya dia pergi setelah pulang sekolah?” tanya Vira.
“Aku sich gak tahu betul kak. Tapi setiap hari aku melihat dia pulang dengan Romy, cowoknya.” Jawab temen adiknya.
Setelah pertemuannya dengan teman adiknya dia bisa menyimpulkan kalau selama ini adiknya telah berbohong. Meski dia sudah tahu semua tentang adiknya, dia tidak mau langsung memarahi karena dia ingin adiknya sadar dengan sendirinya.

“Kak, aku minta uang.” Ucap Cindy dengan logat ketusnya.
“Buat apa? Kamu kan sudah ditransfer papa setiap bulan untuk uang sakumu.” Jawab Vira keheranan.
“Aku mau beli buku dan alat sekolah, uang sakuku udah habis.” Jelas cindy dengan wajah tak bersalah.
Vira yang sayang banget sama Cindy akhirnya memberinya uang. Dia gak berburuk sangka sama adiknya, meski dia tahu semua sikap dan sifat adiknya. Tanpa berterima kasih Cindy pun pergi meninggalkan kakaknya. Vira pun hanya bisa mengelus dada, semua yang dilakukan Cindy sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Vira masih duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. “Kak, aku pergi dulu mau beli buku.” Belum sempat dia menjawab, adiknya sudah pergi.
Tidak seperti hari-hari biasanya, Vira khawatir banget dengan keadaan adiknya. Dia takut terjadi apa-apa dengan adiknya, sempat dia menelfon adiknya tapi nomornya tidak aktif. “Yaa Allah, aku ini hamba-Mu yang lemah. Aku mohon jaga adikku lindungi dia dan jauhkan dia dari hal-hal yang tidak Engkau ridho’i. Aku yakin ketika nanti aku telah tiada dia sudah menjadi hamba-Mu yang taat beribadah. Yaa Allah beri aku kesempatan untuk membantu dirinya menjadi lebih baik. Aku yakin akan kebesaranMu.”

“Kamu kenapa Cin? Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?” Vira kaget banget ketika melihat adiknya pulang dengan deraian air mata. “Cindy, kamu adalah adik kakak satu-satunya jadi tolong kamu cerita ke kakak tentang semua ini.” Ucap Vira merayu adiknya agar dia mau cerita.
“Kak, aku minta maaf selama ini aku gak pernah nuruti semua saran-saran kakak dan sering berbohong. Sekarang aku baru merasakan akibat dari ulahku. Selama ini, tiap pulang sekolah aku tidak ngerjakan PR atau les tapi aku jalan sama pacarku dan uang saku yang diberikan papa, aku habiskan dengan dia. Aku sudah menganggapnya segalanya dalam hidupku tapi apa balasannya dia tadi selingkuh dengan sahabatku sendiri. Andaikan dulu aku nuruti saran-saran kakak pasti semua gak akan seperti ini,” Jelas Cindy yang berlinang air mata sambil memeluk kakaknya.
Mungkin selama ini, inilah yang dinantikan Vira. Bisa memeluk adiknya seperti dulu. Cindy sekarang telah berubah, dia mengikuti semua yang dikatakan Vira. Hidup Vira yang dulu diselimuti mendung kekhawatiran sekarang menjadi laksana mendapatkan cahaya yang abadi. Keinginannya melihat adiknya berubah telah terwujud.
“Cindy, kamu sekarang sudah remaja. Sudah saatnya kamu merubah semua hal-hal yang gak baik dalam hidupmu dulu. Kakak sangat berharap kamu bisa mambahagiakan ayah dan bunda ketika kakak telah tiada,” ucap Vira dengan membelai rambut adiknya.
“kakak ngomong apa sich! kakak gak boleh pergi ninggalin aku. Aku tau, aku selalu menyakiti kakak tapi sebenarnya aku sayang banget sama kakak. Maafin aku ya kak?” Cindy mengucapkan penyesalannya.
“Iya, kakak sudah maafin kamu dan kakak juga minta maaf kalo selama ini ada salah ke kamu,” jawab Vira.
Hidup Vira dan Cindy sama-sama telah menemukan cahayanya. Vira merasa keinginan hidupnya telah terpenuhi, adiknya bisa berubah adalah anugrah terindah baginya. Begitu juga Cindy, dia seoalah mendapatkan telaga hidup disaat hidupnya dilanda kegersangan.
“Cin, tolong pesan taksi sekarang. Kakak sudah tidak kuat lagi,” ucap Vira dengan memegangi perutnya.
“Kakak kenapa?” Tanya Cindy yang merasa kebingungan melihat kakaknya karena selama ini dia merasa kakaknya sehat-sehat saja.
“Tolong.” Bruuk Vira pingsan di depan adiknya. Tanpa banyak kata Cindy langsung menelfon ambulan. 15 menit kemudian, ambulan datang dan Vira pun di bawa ke Rumah Sakit.

“Dok, gimana keadaan kakak saya?” Tanya Cindy kapada Dokter yang menangani Vira di IGD.
“Kakak anda terkena infeksi usus yang sudah parah. Ini disebabkan karena sering telat makan dan banyak fikiran. Sebenarnya penyakit ini sudah lama dideritanya tapi kayaknya dia tidak mengindahkannya,” jelas Sang dokter.
“Terus gimana keadaan dia?” Tanya Cindy.
“Kami telah berusaha semaksimal mungkin tapi maaf kami tidak bisa menyelamatkan nyawa kakak anda,” jawab dokter
“Anda itu gimana sich! Anda kan dokter kanapa gak bisa menolong kakak saya?”
Seketika Cindy stress, dia tak menyangka kakaknya pergi secepat itu. Padahal Cindy masih ingin membalas semua kebaikan kakaknya namun begitulah takdir, tak ada yang tau kapan datangnya. Cindy, hanya bisa meneteskan air mata mengingat semua kebaikan kakaknya.
1 bulan setelah kematian kakaknya, dia menemukan flash disk kakaknya. Dia membukanya, disitu ternyata hanya ada 1 file yang isinya: “Adikku, kakak sangat sayang sama kamu meski sebenarnya kakak ini bukan kakak kandungmu tapi kakak sangat sayang sama kamu. Kakak adalah kakak angkatmu. Kakak diangkat ayah dan bunda dari panti asuhan, kakak gak tau siapa orangtua kakak. Namun, kakak sangat bahagia hidup dengan keluarga ini apalagi memiliki adik secantik kamu. Di balik kenakalanmu selama ini tersimpan jiwa yang sangat baik, kakak minta tolong bahagiakan ayah dan bunda karena kamulah satu-satunya harta yang sangat berharga. Ketika kakak telah tiada, kakak minta kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan kakak percaya kamu bisa mewujudkannya.”
Tak terasa air mata Cindy berlinangan, dia tidak menyangka Vira adalah kakak angkatnya. Bayangan cantik Vira menyelimuti Cindy. Cindy mengucapkan sebuah do’a, “Ya Allah, terima kasih Kau telah memberikan bidadari dalam hidupku. Dia yang laksana Mutiara Kehidupan telah Kau ambil. Balaslah semua kebaikannya dengan Keagungan-Mu. Bantu aku untuk mewujudkan keinginannya. Aamiin.”
Tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik. Berubah meski terlambat akan lebih bermakna daripada tidak berusaha sama sekali. Hamba yang baik adalah Hamba yang mengetahui kesalahanya dan berusaha menjadi lebih baik. Baik bukan berarti menyempurnakan fisik tapi memperbaiki hati agar bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/dia-adalah-mutiaraku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar